Cincin (2) - Anak Perempuan dan Ibunya

,
Air mata menggenang di balik kacamata seorang ibu saat prosesi lamaran sabtu lalu. Saya mengenal ibu ini. Juga mengenal anaknya, seorang perempuan seusia saya. Anak perempuannya itu sudah menikah dan terlahir seorang anak laki-laki yg kini berusia 9 tahun dari pernikahannya itu. Tapi saat si anak laki-laki ini masih dalam kandungan, si suami dari anak perempuannya itu meninggalkannya. Begitu saja.

Saya tak tahu apa arti air mata si ibu tadi. Keharuan bahagia untuk saya, atau ada sesuatu kesedihan yg terlintas di benaknya saat itu. Saya mengenalnya, tidak hanya krn garis keluarga, tapi juga atas harapan dan keluh kesahnya. Saat2 berkunjung, ibu itu bercerita. Cerita impian seorang ibu terhadap anak perempuannya. Yg tak tersampaikan. Atau sulit. Ibu dan anak perempuannya itu seperti punya benteng pertahanan masing2.

Saya, seorang anak perempuan dari seorang ibu. Ibu yg juga punya harapan dan impian untuk anak perempuannya. Lalu, bagaimana dgn impian saya? Samakah dgn ibu saya? Haruskah dikompromikan. Bukankah saya yg menentukan masa depan saya sendiri?

Dibutuhkan waktu yg tidak sebentar. Diharuskan melalui peristiwa yg tidak mudah. Saya melumerkan diri. Ibu saya membuka hati. Kami berdua sama2 mencari komunikasi yg memberikan kenyamanan. Mencoba menyampaikan isi hati masing2. Mengerti bahwa saya skr adalah perempuan dewasa, dan Ibu adalah tetap Ibunda dgn segala kelebihan dan kekurangannya.

Ibu saya prihatin krn sekian lama saya sendiri. Harapannya, saya berumah tangga dgn pendamping yg dapat memberikan kebahagiaan lahir maupun batin. Saya sampaikan pada ibu, bahwa harapannya itu adalah doa saya. Saya tetap membuka diri. Tapi kalau jodoh belum tibapun, saya akan menjadi diri saya yg ikhlas. Tak kurang satu apapun.

Sekian lama, saya dan ibu sama2 menunggu :D. Dan, setelah acara 'blushing' kemarin, sambil mengusap rambut saya, ibu bercerita ttg saya kecil dulu hingga dewasa kini. Ibu jg menyampaikan pesan dan tips (ehm..). Satu hal yg saya bisa tangkap saat mendengar semua itu; ibu seakan rela melepaskan, sekaligus tak ingin kehilangan :).

====

Terucap terima kasih, buat temen2 blogger yg udah ngasih ucapan selamat dan doanya. Saya jd semakin merasa indahnya dunia blog *wink*

0 komentar to “Cincin (2) - Anak Perempuan dan Ibunya”

Post a Comment

You can choose 'Name/URL' if not a blogspot member. Thanks for your comment.

 

Sharing about Online Business Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates