Wanita muda yg duduk di samping saya dalam bis terlihat gelisah. Tidak bersandar dan sering menengok ke luar jendela dan ke luar pintu bis berkali-kali. Begitu kondektur lewat, dia menegur, "Mas Depnaker ya!" Anggukan si kondektur tetap tidak membuatnya duduk tenang.
Saya jd ingat, gelisah seperti itu waktu dalam metromini menuju Mal Citraland Jakarta. Itu kali pertama saya dan teman ke Jakarta pakai kendaraan umum. Biarpun penumpang lain yg saya tanya menjawab, "tenang saja masih jauh", tetap bikin saya dag-dig-dug :D
"Mau ke Disnaker ya?," tanya saya mencoba mencairkan gelisahnya sekaligus meralat kata 'Depnaker' dgn 'Disnaker'.
"Iya mba," jawabnya dan tersenyum.
"Masih jauh, di Ciceri. Dari mana?"
"Oh.. dari Cilegon."
Hmm, saya berfikir wanita ini jarang ke luar rumah atau orang pendatang, karena selain ga tau dimana kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Prov. Banten juga bepergian sendiri dgn bis seakan tidak membuatnya nyaman.
Selanjutkan obrolan ringan dgn wanita ini mengalir. Sebenarnya saya jarang sekali mau ngobrol dgn teman seperjalanan. Saya lebih suka ngobrol dgn fikiran saya sendiri sambil melihat ke luar jendela bis. Tapi kali ini rasa penasaran saya muncul begitu saja.
Wanita lulusan slta tahun 2003 ini berniat mencari pekerjaan menjadi buruh pabrik di wilayah Cikande Serang. Pergi ke Disnaker untuk membuat 'kartu kuning'. Dengan polos si wanita yg ternyata sudah menikah dan punya anak umur 3 tahun ini bertanya pada saya, foto ukuran berapa klo mo buat 'kartu kuning' :P.
Mesin waktu di otak saya berputar cepat mencari data 'kartu kuning' Disnaker. Tahun 1994 begitu lulus dari sekolah setahun jurusan manajemen informatika, saya membuat kartu kuning untuk melengkapi syarat lamaran kerja. Berapa ukuran fotonya, saya ga ingat hehe.. Tapi saya menjawab pertanyaan wanita itu dgn, "mm, saya ga ingat pasti. Siapin aja foto ukuran 2x3 dan 4x6," sambil senyum. Wanita tadi mengangguk. Lugu.
Sampai skr saya belum paham benar apa fungsinya 'kartu kuning' yg dibuat Disnaker untuk para pencari kerja. Banyak jg perusahaan yg tidak memasukkannya dalam persyaratan berkas lamaran. Dan kalau tidak salah, dalam kartu kuning ada tabel data diri kita. Seperti tahun sekian sedang mencari kerja, tahun sekian dapet kerja di anu, dan seterusnya. Jadi ada data kesinambungan, ada laporan kontinyu dari kita mengenai pekerjaan. Tapi kebanyakan (hampir semua), kita hanya membuat kartu kuning jika mencari kerja lalu ga pernah laporan begitu dapet kerja :D.
Jika itu merupakan data statistik, bagaimana bisa akurat? Seorang teman wartawan menjelaskan, kalau data itu bisa diupdate dengan mengaitkan data laporan daftar karyawan tiap perusahaan. Hmm, iya juga. Tapi saya tetap beranggapan agak sulit untuk jadi data yg akurat.
Saya jd ingat, gelisah seperti itu waktu dalam metromini menuju Mal Citraland Jakarta. Itu kali pertama saya dan teman ke Jakarta pakai kendaraan umum. Biarpun penumpang lain yg saya tanya menjawab, "tenang saja masih jauh", tetap bikin saya dag-dig-dug :D
"Mau ke Disnaker ya?," tanya saya mencoba mencairkan gelisahnya sekaligus meralat kata 'Depnaker' dgn 'Disnaker'.
"Iya mba," jawabnya dan tersenyum.
"Masih jauh, di Ciceri. Dari mana?"
"Oh.. dari Cilegon."
Hmm, saya berfikir wanita ini jarang ke luar rumah atau orang pendatang, karena selain ga tau dimana kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Prov. Banten juga bepergian sendiri dgn bis seakan tidak membuatnya nyaman.
Selanjutkan obrolan ringan dgn wanita ini mengalir. Sebenarnya saya jarang sekali mau ngobrol dgn teman seperjalanan. Saya lebih suka ngobrol dgn fikiran saya sendiri sambil melihat ke luar jendela bis. Tapi kali ini rasa penasaran saya muncul begitu saja.
Wanita lulusan slta tahun 2003 ini berniat mencari pekerjaan menjadi buruh pabrik di wilayah Cikande Serang. Pergi ke Disnaker untuk membuat 'kartu kuning'. Dengan polos si wanita yg ternyata sudah menikah dan punya anak umur 3 tahun ini bertanya pada saya, foto ukuran berapa klo mo buat 'kartu kuning' :P.
Mesin waktu di otak saya berputar cepat mencari data 'kartu kuning' Disnaker. Tahun 1994 begitu lulus dari sekolah setahun jurusan manajemen informatika, saya membuat kartu kuning untuk melengkapi syarat lamaran kerja. Berapa ukuran fotonya, saya ga ingat hehe.. Tapi saya menjawab pertanyaan wanita itu dgn, "mm, saya ga ingat pasti. Siapin aja foto ukuran 2x3 dan 4x6," sambil senyum. Wanita tadi mengangguk. Lugu.
Sampai skr saya belum paham benar apa fungsinya 'kartu kuning' yg dibuat Disnaker untuk para pencari kerja. Banyak jg perusahaan yg tidak memasukkannya dalam persyaratan berkas lamaran. Dan kalau tidak salah, dalam kartu kuning ada tabel data diri kita. Seperti tahun sekian sedang mencari kerja, tahun sekian dapet kerja di anu, dan seterusnya. Jadi ada data kesinambungan, ada laporan kontinyu dari kita mengenai pekerjaan. Tapi kebanyakan (hampir semua), kita hanya membuat kartu kuning jika mencari kerja lalu ga pernah laporan begitu dapet kerja :D.
Jika itu merupakan data statistik, bagaimana bisa akurat? Seorang teman wartawan menjelaskan, kalau data itu bisa diupdate dengan mengaitkan data laporan daftar karyawan tiap perusahaan. Hmm, iya juga. Tapi saya tetap beranggapan agak sulit untuk jadi data yg akurat.