"Bunda mana?"
Pertanyaan sama berasal dari kakak, kakak ipar, sepupu, juga keponakan yg datang saat kumpul Idul Adha kemarin. Saya mendengar dari dalam kamar. Tak berapa lama, saya yg sedang nelungkup di atas tempat tidur dihampiri mereka.
"Bunda sakit ya?"
"Sakit apa Bunda?"
"Dah minum obat blum?"
Dahi saya dipegang. Atau kaki saya dipijat. Sepupu dan dua kakak ipar saya malah langsung ngobrol sambil duduk di pinggir tempat tidur. Menemani saya. Saya jadi terharu. Mereka, keluarga saya sangat perhatian. Tidak seperti dia yg.. ah.
Sejak tadi malam saya merasakan kepala yg snut-snut juga badan yg rada ngilu. Tapi masih saya diamkan, krn saya pikir, dgn tidur nyenyak dan bangun pagi rasa itu bisa hilang. Tapi tidak. Mungkin krn saya sedang haid, so kondisi jg menurun. Apalagi, Senin lalu saya byk keluar kantor krn bbrp urusan. Siang yg sangat terik. Di dalam kendaraan, saya byk mengeluh dlm hati. Udara panas yg tak mengenakkan. Saya jd teringat dan membayangkan panasnya Mesir dalam novel 'Ayat-Ayat Cinta'.
Rasa tubuh yg meriang, makin terasa jika yg diharapkan tak terwujud. Seorang teman memang pernah bilang, "setiap saat bersiaplah untuk kecewa." Tapi saya tidak siap, krn saya begitu ingin. Karena saya sedang membuka hati. Hanya dia tak mengerti. Mudah2an begitu. Jgn sampai tidak mau mengerti. Saya akan sangat kecewa. Bila saya sangat kecewa... saya pusing memikirkannya. Hingga hari raya kemarin, kenapa saya harus tidak menikmati dan mensyukurinya bersama keluarga. Saya benci!
Karena saya tidak ingin membenci, saya bangun dari tempat tidur. Ikut ngobrol dgn keluarga saya yg lebih menyayangi saya. Saya singkirkan rasa snut-snut untuk bermain dgn para ponakan yg lutcu2. Memuji Malva dgn baju barunya yg indah. Tertawa bareng Damar yg baru sebulan bisa jalan. Makan hidangan yg lezat dengan Hauzan yg makin gembul. Rasa tak nyaman itu terlupakan. Kecewa itu terkikis. Alhamdulillah..
Saya putar lagu "Cinta Gila" dari Dewa. Dan Damarpun menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan. Semua tertawa. Bahagia itu saya dapatkan dalam keluarga.
"Hati hati dengan hatiku
Karna hatiku mudah layu
Jangan kamu bermain-main
Karna kutak’ main-main"
(Dewa - Cinta Gila)
Sore hari, sebelum pulang. Kakak menggendong Damar, menghampiri saya sambil bilang, "Bunda yg sehat ya, jgn sakit terus." Sayapun mbrebes mili (air mata berkaca-kaca)
Pertanyaan sama berasal dari kakak, kakak ipar, sepupu, juga keponakan yg datang saat kumpul Idul Adha kemarin. Saya mendengar dari dalam kamar. Tak berapa lama, saya yg sedang nelungkup di atas tempat tidur dihampiri mereka.
"Bunda sakit ya?"
"Sakit apa Bunda?"
"Dah minum obat blum?"
Dahi saya dipegang. Atau kaki saya dipijat. Sepupu dan dua kakak ipar saya malah langsung ngobrol sambil duduk di pinggir tempat tidur. Menemani saya. Saya jadi terharu. Mereka, keluarga saya sangat perhatian. Tidak seperti dia yg.. ah.
Sejak tadi malam saya merasakan kepala yg snut-snut juga badan yg rada ngilu. Tapi masih saya diamkan, krn saya pikir, dgn tidur nyenyak dan bangun pagi rasa itu bisa hilang. Tapi tidak. Mungkin krn saya sedang haid, so kondisi jg menurun. Apalagi, Senin lalu saya byk keluar kantor krn bbrp urusan. Siang yg sangat terik. Di dalam kendaraan, saya byk mengeluh dlm hati. Udara panas yg tak mengenakkan. Saya jd teringat dan membayangkan panasnya Mesir dalam novel 'Ayat-Ayat Cinta'.
Rasa tubuh yg meriang, makin terasa jika yg diharapkan tak terwujud. Seorang teman memang pernah bilang, "setiap saat bersiaplah untuk kecewa." Tapi saya tidak siap, krn saya begitu ingin. Karena saya sedang membuka hati. Hanya dia tak mengerti. Mudah2an begitu. Jgn sampai tidak mau mengerti. Saya akan sangat kecewa. Bila saya sangat kecewa... saya pusing memikirkannya. Hingga hari raya kemarin, kenapa saya harus tidak menikmati dan mensyukurinya bersama keluarga. Saya benci!
Karena saya tidak ingin membenci, saya bangun dari tempat tidur. Ikut ngobrol dgn keluarga saya yg lebih menyayangi saya. Saya singkirkan rasa snut-snut untuk bermain dgn para ponakan yg lutcu2. Memuji Malva dgn baju barunya yg indah. Tertawa bareng Damar yg baru sebulan bisa jalan. Makan hidangan yg lezat dengan Hauzan yg makin gembul. Rasa tak nyaman itu terlupakan. Kecewa itu terkikis. Alhamdulillah..
Saya putar lagu "Cinta Gila" dari Dewa. Dan Damarpun menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan. Semua tertawa. Bahagia itu saya dapatkan dalam keluarga.
"Hati hati dengan hatiku
Karna hatiku mudah layu
Jangan kamu bermain-main
Karna kutak’ main-main"
(Dewa - Cinta Gila)
Sore hari, sebelum pulang. Kakak menggendong Damar, menghampiri saya sambil bilang, "Bunda yg sehat ya, jgn sakit terus." Sayapun mbrebes mili (air mata berkaca-kaca)