Sudah sebelas hari setelah kejadian musibah gempa dan tsunami di bumi Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi yg porak poranda, sedikit demi sedikit mulai berangsur pulih. Setiap harinya masyarakat, para relawan dan pihak2 lain bekerja keras. Seperti hari ini, Mesjid Baiturrahman Banda Aceh rencananya sudah bisa dipakai untuk sholat jumat berjamaah. Juga warga Aceh yg selamat dari musibah, dibeberapa posko sudah mendapatkan bantuan selayaknya. Alhamdulillah..
Mulai pagi hingga malam hari, keadaan pasca gempa dan tsunami itu bisa masyarakat Indonesia dan bahkan dunia lihat dari tayangan di bbrp stasiun tivi. Seperti juga Na, yg melihat itu semua dan hanya bisa membantu serta berdoa dari jauh untuk mereka. Melihat tayangan tadi malam di SIGI SCTV, ada perasaan tak percaya.
Prosedur
Tim Liputan acara itu menemui serombongan pengungsi di jalan. Pada reporter, seorang bapak menjelaskan keluarganya dan teman2nya dlm rombongan berasal dari kota Aceh Jaya dan bermaksud ke Banda Aceh untuk mendapat bantuan makanan. Di kotanya masih banyak warga spt mereka yg selamat sudah kekurangan pangan, krn bantuan belum jg datang kesana. Si bapak yg malang itu juga mengaku sudah tujuh hari rombongannya berjalan kaki.
Dari kamera liputan, banyak mobil yg melintas, tapi tak ada satupun yg mau mengangkut mereka ke Banda Aceh. Sampai akhirnya ada sebuah truk berhenti yg ternyata jg mengangkut bbrp pengungsi lainnya, dan dgn truk itu mereka tiba di posko terdekat. Namun apa yg terjadi?
Si bapak melaporkan kedatangannya kpd dua orang (laki2 dan perempuan muda) yg bertanggung jawab di posko pengungsi itu. Setelah tanya jawab, si laki2 tadi menyatakan si bapak dan rombongannya yg sudah tujuh hari berjalan dgn sejuta harapan untuk bisa makan itu ditolak masuk di poskonya, hanya krn sebuah prosedur. Jumlah mereka hanya 15 orang, dan mereka bisa dpt jatah di posko itu jika berjumlah 30 orang!. Si laki2 tadi, tanpa iba sedikitpun menyarankan si bapak dan rombongannya untuk mendaftar di posko lainnya. Dan si bapak tadi tanpa bicara apa2, keluar dari ruangan sambil menangis. Semua kejadian itu terekam di kamera dan disaksikan oleh seluruh masyarakat, termasuk keluarga Na.
Ga ada yg salah dari suatu prosedur yg dibuat. It's oke!. Tapi masalahnya, ini emergency!. Bukankah seharusnya posko2 itu yg berusaha semaksimal mungkin menolong mereka, para pengungsi?. Bukannya si bapak dan rombongannya yg lapar itu harus kesana kemari cari pertolongan!.
Mulai pagi hingga malam hari, keadaan pasca gempa dan tsunami itu bisa masyarakat Indonesia dan bahkan dunia lihat dari tayangan di bbrp stasiun tivi. Seperti juga Na, yg melihat itu semua dan hanya bisa membantu serta berdoa dari jauh untuk mereka. Melihat tayangan tadi malam di SIGI SCTV, ada perasaan tak percaya.
Prosedur
Tim Liputan acara itu menemui serombongan pengungsi di jalan. Pada reporter, seorang bapak menjelaskan keluarganya dan teman2nya dlm rombongan berasal dari kota Aceh Jaya dan bermaksud ke Banda Aceh untuk mendapat bantuan makanan. Di kotanya masih banyak warga spt mereka yg selamat sudah kekurangan pangan, krn bantuan belum jg datang kesana. Si bapak yg malang itu juga mengaku sudah tujuh hari rombongannya berjalan kaki.
Dari kamera liputan, banyak mobil yg melintas, tapi tak ada satupun yg mau mengangkut mereka ke Banda Aceh. Sampai akhirnya ada sebuah truk berhenti yg ternyata jg mengangkut bbrp pengungsi lainnya, dan dgn truk itu mereka tiba di posko terdekat. Namun apa yg terjadi?
Si bapak melaporkan kedatangannya kpd dua orang (laki2 dan perempuan muda) yg bertanggung jawab di posko pengungsi itu. Setelah tanya jawab, si laki2 tadi menyatakan si bapak dan rombongannya yg sudah tujuh hari berjalan dgn sejuta harapan untuk bisa makan itu ditolak masuk di poskonya, hanya krn sebuah prosedur. Jumlah mereka hanya 15 orang, dan mereka bisa dpt jatah di posko itu jika berjumlah 30 orang!. Si laki2 tadi, tanpa iba sedikitpun menyarankan si bapak dan rombongannya untuk mendaftar di posko lainnya. Dan si bapak tadi tanpa bicara apa2, keluar dari ruangan sambil menangis. Semua kejadian itu terekam di kamera dan disaksikan oleh seluruh masyarakat, termasuk keluarga Na.
Ga ada yg salah dari suatu prosedur yg dibuat. It's oke!. Tapi masalahnya, ini emergency!. Bukankah seharusnya posko2 itu yg berusaha semaksimal mungkin menolong mereka, para pengungsi?. Bukannya si bapak dan rombongannya yg lapar itu harus kesana kemari cari pertolongan!.