Sudah lama Na ga lihat dia. Dia yg dengan wajah penuh senyum dan tingkah santunnya. Dia berpenampilan biasa tapi terlihat bersih. Dia yg dengan gitar sederhananya biasa melantunkan lagu2 lawas. Dia mencoba menghibur, mengais rejeki di atas bis kota.
Dia, boleh dibilang sangat berbeda dengan teman2 seprofesinya. Tidak pernah membawakan 'lagu wajib' tapi lagu-lagu yg selalu berbeda. Tidak mengeluarkan kata2 pembuka dan penutup penampilan yg boleh dibilang 'wajib' juga.
"Ya pengamen lagi pengamen lagi, mungkin anda semua sudah bosan dengan kami. Tapi apa boleh buat, daripada kami berlaku yg tidak-tidak. Todong sana-sini, atau palak sana-sini. Buanglah kesombongan anda jauh-jauh, roda nasib pasti berputar bla bla bla"
Dia hanya berucap pendek, "Terima kasih, saya hanya berharap seikhlasnya dari anda semua, dan semoga Indonesia menjadi lebih baik."
Dan kali ini, Na bertemu lagi dengannya. Di dalam bis, dia bernyanyi..
Cinta yang tumbuh di dalam hatiku..
Tlah bersemi karenamu..
Hati yang suram kini tiada lagi..
Tlah terhapus karenamu..
Suara miliknya terdengar sedang saja, tapi dibawakan dgn penghayatan dan variasi khas dirinya. Dengan senang Na ikut bernyanyi dalam hati, sambil sesekali melihatnya.
Melihat? Tidak pernah Na lakukan jika teman2 seprofesinya melakukan hal yg sama di atas bis. Na takut mata mereka. Liar. Na jengah tingkah mereka. Kasar jika tidak diberi.
Dia dan juga teman seprofesinya yg menyanyi di atas bis kota tidak beda dengan penyanyi tenar yg biasa tampil di cafe, tipi, atau panggung besar. Mereka sama-sama menyanyi. Sama-sama berprofesi menghibur. Sama-sama mencari nafkah.
Mereka, penyanyi tenar itu tenar krn banyak belajar. Berusaha menampilkan yg terbaik. Profesional. Lalu kenapa banyak penyanyi bis kota tidak seperti itu?. Tidak seperti Dia.
***
Info lewat:
Kemarin Na sudah menyelesaikan satu dari tiga tulisan tutorial tentang membuat blog sederhana yg menggunakan images. Judulnya: Bagian 1 - Layout Blog dengan Photoshop (Kalau link itu down, kesini aja..). Selamat mencoba dan semoga membantu :) Ditunggu kritik dan sarannya.
Dia, boleh dibilang sangat berbeda dengan teman2 seprofesinya. Tidak pernah membawakan 'lagu wajib' tapi lagu-lagu yg selalu berbeda. Tidak mengeluarkan kata2 pembuka dan penutup penampilan yg boleh dibilang 'wajib' juga.
"Ya pengamen lagi pengamen lagi, mungkin anda semua sudah bosan dengan kami. Tapi apa boleh buat, daripada kami berlaku yg tidak-tidak. Todong sana-sini, atau palak sana-sini. Buanglah kesombongan anda jauh-jauh, roda nasib pasti berputar bla bla bla"
Dia hanya berucap pendek, "Terima kasih, saya hanya berharap seikhlasnya dari anda semua, dan semoga Indonesia menjadi lebih baik."
Dan kali ini, Na bertemu lagi dengannya. Di dalam bis, dia bernyanyi..
Cinta yang tumbuh di dalam hatiku..
Tlah bersemi karenamu..
Hati yang suram kini tiada lagi..
Tlah terhapus karenamu..
Suara miliknya terdengar sedang saja, tapi dibawakan dgn penghayatan dan variasi khas dirinya. Dengan senang Na ikut bernyanyi dalam hati, sambil sesekali melihatnya.
Melihat? Tidak pernah Na lakukan jika teman2 seprofesinya melakukan hal yg sama di atas bis. Na takut mata mereka. Liar. Na jengah tingkah mereka. Kasar jika tidak diberi.
Dia dan juga teman seprofesinya yg menyanyi di atas bis kota tidak beda dengan penyanyi tenar yg biasa tampil di cafe, tipi, atau panggung besar. Mereka sama-sama menyanyi. Sama-sama berprofesi menghibur. Sama-sama mencari nafkah.
Mereka, penyanyi tenar itu tenar krn banyak belajar. Berusaha menampilkan yg terbaik. Profesional. Lalu kenapa banyak penyanyi bis kota tidak seperti itu?. Tidak seperti Dia.
***
Info lewat:
Kemarin Na sudah menyelesaikan satu dari tiga tulisan tutorial tentang membuat blog sederhana yg menggunakan images. Judulnya: Bagian 1 - Layout Blog dengan Photoshop (Kalau link itu down, kesini aja..). Selamat mencoba dan semoga membantu :) Ditunggu kritik dan sarannya.