Belajar 'Kesurupan'

,
Guru Kelabakan, Anak Didik Terpaksa Dipulangkan
BANGKALAN-SMA Negeri 3 Bangkalan kemarin gempar. Ketika pelajaran dimulai, lebih dari 100 siswi kesurupan masal. Tak pelak, kejadian ini membuat bulu kuduk merinding, karena siswi yang kesurupan berteriak histeris dan meronta-ronta. (Jawa Pos - Rabu, 07 Des 2005)

***

from corbisSudah kesekian kalinya saya dengar dan baca kejadian serupa spt di atas. Sejumlah siswa SMA di beberapa sekolah di Indonesia mengalami kesurupan masal. Dari tayangan tipi pas kejadian, terus terang saya ikut merasa prihatin. Ada apa ini, kok sering bgt? Apakah jin sedang berdemo? Kenapa pula kebanyakan yg terkena 'ulah' para jin ini adalah wanita?

Sampai dua hari lalu, saya menonton acara 'Berita Pilihan' di MetroTV jam 8 malam. Seorang bapak menelpon dan memilih berita tentang kesurupan anak-anak SMA. Setelah ditayangkan, penyiar berkomunikasi dgn si penelpon. Dari situlah, saya dan juga penyiar (terlihat) kaget atas informasi yg diberikan si penelpon.

Menurut pengakuan si penelpon, yg ga taunya seorang kepala sekolah ini, sekolahnya pernah mengalami kejadian 40 muridnya 'kesurupan'. Dan ternyata kesurupan itu hanyalah akal-akalan para siswa. Si penelpon bilang, biasanya siswa2 itu beraksi kesurupan jika ada tugas sekolah atau ujian2. Dengan harapan, aksinya itu bisa menghindari atau akhirnya sekolah membatalkannya, krn pasti seluruh murid dipulangkan. Dan yg si penelpon lakukan jika terjadi aksi 'kesurupan' itu adalah tidak membiarkan siswa yg 'kesurupan' dilihat atau ditolong oleh teman2 atau guru, krn biasanya mereka justru akan lebih beraski kalau ditolong. Jadi didiamkan saja, lalu dipanggilkan orang tuanya. Itu terbukti akal-akalan mereka saja untuk menghindari tugas atau ujian sekolah.

Benarkah? Jika ya, sungguh tindakan yg tidak baik. Saya sangat tidak respek dgn siswa2 model begini. Sekolah sudah dijadikan tempat untuk belajar akting 'kesurupan', hanya untuk menghindar dari tugas dan kewajiban. Cari sensasi. Pingin masuk tipi. Dan jin-pun ikut bengong :P

Terima Rehab Jahitan?

,
Aneh. Ukuran ga salah. Waktu baru dijahit jelujur dan di pas sama Dian juga sudah ok. Tapi begitu jadi dan dicoba Dian lagi, rok dgn rempel satu di depan sebagai praktek ke-2 kursus jahit saya itu jadi kesempitan. "Berat badan kamu kayaknya naik lagi deh," ujar saya ke Dian. Dan Dian manyun.

from corbisYa, mungkin itu cuma cara ngeles saya yg ga mau disalahin krn hasil akhir jahitan jadi ga muat di badan Dian. Tapi sungguh, ga ada yg beda antara ukuran awal dan jahitan akhir, toh batas jahitan yg merupakan batas ukuran sudah diberi tanda (radder dgn kertas warna). Lagian, ukuran Dian saya ambil waktu bulan puasa, dan rok itu baru jadi sebulan lalu. Bisa aja kan, setelah lebaran Dian makan banyak sehingga tubuhnya jadi melar :P.

Setelah dinilai guru menjahit saya dan dapet nilai 'C' plus catatan 'jahitan akhir sudah cukup baik, banyak berlatih', maka mau ga mau saya mesti ngerombak rok itu biar bisa dipake sekolah Dian. Sayang klo ga dipake, krn saya belikan bahan khusus untuk rok itu drill abu-abu. Beruntung sisa bagian depan dan belakang rok itu msh cukup lebar, so saya pikir, tinggal menjahit 1cm dari jahitan awal.

Hanya ga semudah itu. Satu sisi ga ada msalah, tapi sisi satunya lagi sudah dipasang kantong. Mo dibongkar semua, repot bgt harus mendedel byk bagian jahitan. Padahal pertama masang kantong dan ban pinggang aja sulitnya minta ampun. Dibolak, dibalik itu rok dan saya muter otak. Akhirnya bisa juga diakalin, meski jahitan agak sedikit... mmm, acak2an hehe.

Dipas lagi sama Dian, cukup memuaskan. "Wah dapet 'A' nih. Jadi sekarang Bunda ga cuma bisa terima jahitan tapi juga rehab ya," puji Dian. Langsung saya jawab, "Cukup sekali deh!"
 

Sharing about Online Business Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates