Area X : Eksistensi Manusia

,
Produksi minyak bumi global mulai menurun tahun 2004. Memaksa semua negara mendapatkan transisi ke sumber energi lain. Tak terkecuali Indonesia. Untuk menghadapi berbagai tantangan dunia masa depan, seperti kepadatan penduduk, keterbatasan pangan dan ancaman krisis energi, pemerintah Indonesia membangun sepuluh Pusat Penelitian Iptek Mutakhir (PPIM) dengan harapan dapat menawarkan solusi permasalahan yg melanda. Namun, salah satu PPIM, disebut Area X (sepuluh) yg menangani bidang teknologi militer, menjadi sorotan masyarakat. Karena sering terjadi peristiwa aneh di Hadeslan, kota satelit tempat Area X berdiri. Dua anak muda berbeda latar belakang, Yudho Adhiputra mahasiswa IT yg haus petualangan dan Elena Valeria (Elly) mahasiswa tingkat S2 jurusan Astrofisika yg keras kepala namun cerdas, mencoba menembus 'ultra top secret' Area X.

Benarkah Area X mengerjakan penelitian yang berbahaya? Mengapa Area X begitu menutup rapat penelitiannya? Apa yg sebenarnya terjadi di dalam area bangunan dgn cahaya gemerlap dan penjagaan extra ketat itu?
Dengan teknologi yang kita bangga-banggakan, kenyataannya kita tetap hanya dapat mengintip serpihan kecil dari jagad raya yang tiada terhingga luasnya ini. Karena itulah, anak-anakku sekalian, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa puas, apalagi sombong dengan kadar ilmu yang kita miliki. Hanya dengan keikhlasan untuk mengakui bahwa 'kita tidak tahu segalanya'-lah kita bisa mencapai kemajuan. Karena itulah, kita perlu mencari tahu. (Anatomi Sebuah Misteri - hal.84)

***

Membaca novel Area X: Hymne Angkasa Raya karangan Eliza V. Handayani ini membawa saya pada sebuah area yg selama ini jarang dijamah atau dipikirkan masyarakat umum. Area yg sulit diterima krn terkesan aneh, tapi bukan berarti tidak mungkin. Atau sebuah penyangkalan? Siapa yg ingin hidup penuh ketakutan dan kekhawatiran? Tidak hanya keselamatan individu, tapi seluruh umat manusia!

Menghapus memory seperti 'Man in Black (MIB)', Pesawat berbentuk cakram raksasa ala 'Independence Day', tabung-tabung percobaan dan riset mutakhir pada 'Aliens' atau fenomena 'crop circle' dalam 'The Sign'. Blogger pasti paham yg saya maksud.

Dan hebatnya ini novel fiksi. Semua dalam tulisan. Membawa imajinasi pembacanya (si saya) terbang jauh dari kehidupan sehari-hari. Futuristik. Seperti nyata. Merasuk. Termenung, lalu asyik mengikuti segala konflik yg ada dan petualangan yg terjadi. Bikin Penasaran!

Ok, mungkin saya berlebihan. Tapi saya hanya ingin menyampaikan kekaguman saya pada karya ini. Mm.. memang agak telat saya mengetahui 'fiksi pintar' spt ini. Daripada tidak pernah tahu? :D.

Yang jelas cerita yg dibuat tahun 1998 saat penulisnya masih bersekolah di kelas 2 SMU ini, tahun 1999 memenangkan Lomba Penulisan Naskah Film/Televisi. Lalu diterbitkan secara bersambung di Majalah Sastra Horison Januari-September 2001. Dan mendapat Juara kedua dari unsur cerita Adikarya Award 2004.

Baru tahun 2003 terbit dalam satu novel utuh, setelah direvisi keempat kalinya oleh sang penulis. Sebuah revisi yg paling komprehensiv, akunya. Dengan mempertahankan awal dan akhir cerita, dan perombakan di bagian isi, yg disesuaikan dgn usia tokoh, alur cerita dan setting waktu.
Ah, berapa banyak kenangan yang bisa kita jaga sepanjang hidup kita? Begitu banyak memori indah yang tergilas begitu saja oleh roda-roda waktu- dan menguap, tak pernah kembali. (Elle - hal.62)

Perjuangan
Seorang penulis fiksi sering mengkiaskan apa yg ia alami dikehidupan nyatanya dalam karyanya. Dalam sebuah buku (saya lupa judulnya) yg berisi pengalaman dan wawancara JK.Rowling tentang buku2 petualangan Harry Potter-nya, Rowling menceritakan saat dia mengalami sakit demam dan seorang diri. Tubuhnya menggigil dan ia ketakutan, seakan ada yg menghisap kebahagiaannya saat itu. Lalu diciptakanlah makhluk Dementor, yg dia kiaskan sebagai makhluk penghisap kebahagiaan dgn 'Dementor-Kiss'nya dalam buku ketiga, Harry Potter and Prison of Azkaban.

Dalam Area X: Hymne Angkasa Raya, UFOlogi adalah bidang yg dipilih oleh seorang Eliza V. Handayani untuk menyampaikan suaranya pada banyak orang yg sering mengabaikan, meremehkan, dan mengolok-olok pilihan profesi yg ingin diseriusinya, yaitu sebagai penulis dan sutradara film. Mengingat lingkungan sekolahnya (SMU Taruna Nusantara) yg lebih condong terobesesi menjadi panglima tinggi ABRI, ilmuan dan politikus.

"Dan saya pikir, perjuangan orang-orang ini (UFOlogi) serupa dengan perjuangan saya-dan perjuangan siapa saja yang yakin akan tujuan mereka namun belum diterima oleh umum. Kemudian saya sadar, jika saya akan menggunakan dunia mereka sebagai perantara kisah saya, maka saya harus selami benar seluk-beluknya. Akan sangat tidak adil rasanya jika saya hanya memberikan pandangan sebelah mata terhadap dunia yang sudah rela saya susupi dan gunakan ini," kata Eliza.

Maka, keseriusan menyelami bidang UFOlogi dibuktikannya dgn membaca, mencari dan mengumpulkan data dari sumber literatur 33 buku, jurnal dan buletin (terbitan 1975-2002) di perpustakaan Wesleyen University, Amerika Serikat, tempat Eliza menuntut ilmu studi film dgn beasiswa penuh. Juga situs-situs internet seperti Departemen Energi Amerika Serikat, Bank Dunia dan Pelangi, sebuah organisasi di Indonesia yg aktif dalam riset energi. Sehingga buku fiksi karyanya ini terasa ngilmiah dan komplit.
Betapa pedih rasanya.. dihancurkan hanya karena perbedaan.. karena sesuatu yang tak bisa kita hindari, yang diberikan tanpa kita minta, yang tidak seharusnya dipertentangkan. (Elegi - hal.339)

Memang banyak kata-kata ilmiah yg saya tidak tahu, dan sang penulis hanya sedikit saja menjelaskan kata-kata tadi dgn footnote. Tapi dari dialog yg lancar dan pintar, saya tidak kehilangan substansinya. Justru saya terus menerus terkagum-kagum. Literatur yg penulis baca dan gunakan, menyatu dalam kesatuan cerita. Sungguh detail.

Meski begitu, sang penulis menyatakan bahwa karyanya adalah sebuah karya fiksi dan bukan dokumen ilmiah. Jadi dia mendorong pembacanya untuk tidak menarik kesimpulan berdasarkan apa yg dibaca dalam bukunya itu.

"Semoga kisah ini dapat memberikan kepada Anda semua apa yang telah diberikannya kepada saya: aliran emosi, limpahan gairah, dan curahan perasaan yang membuat bahagia, trenyuh, tergugah- yang menggetarkan hati, dan akhirnya memberikan pandangan baru akan Semangat hidup, Kemanusiaan, dan Kebersamaan."
Berpeganglah selalu pada diri sendiri. Tapi akan selalu ada, meskipun sedikit, meskipun tiada kau rasakan, orang-orang yang berpikir sepertimu, yang bisa memahamimu, dan bisa menyayangimu. Tak seorangpun benar-benar sebatang kara. Kita tidak pernah benar-benar sendirian... (Eksistensi - hal.354).

Eliza dijadwalkan lulus bulan Mei 2005 lalu, dan ia berniat kembali ke Indonesia, tempat ia akan terus menulis dan membuat film. Go Eliza! Kita tunggu karya2 lainnya. Btw, ayo dong ngeblog juga.. hehe..
***

Maaf klo ada kesalahan kata2. saya mencoba menuliskan kembali, menyambung-nyambungkan sebab akibat yg datanya saya dapat dari bab 'Tentang Buku Ini', 'Eliza V. Handayani' dan Pak Taufiq Ismail' dalam buku Area X: Hymbe Angkasa Raya, juga berita2 di internet.

0 komentar to “Area X : Eksistensi Manusia”

Post a Comment

You can choose 'Name/URL' if not a blogspot member. Thanks for your comment.

 

Sharing about Online Business Copyright © 2011 | Template design by O Pregador | Powered by Blogger Templates